Foto:

Benchmark ke K-ETS : Pelaksanaan Perdagangan Karbon di Korea Selatan


PT EMI bersama dengan rombongan PLN Group yang dipimpin oleh Bapak Nayusrizal, EVP Penjualan dan Pelayanan Pelanggan Enterprise PLN melakukan kunjungan benchmarking ke Korea Emission Trading Scheme (K-ETS) untuk mempelajari penerapan perdagangan karbon di Korea Selatan. Inisiatif ini sejalan dengan peluncuran Bursa Karbon Indonesia pada 26 September 2023, yang menandai dimulainya perdagangan karbon di Indonesia. Sistem perdagangan karbon di Indonesia akan diterapkan secara bertahap, dimulai dengan subsektor ketenagalistrikan, khususnya pembangkit listrik tenaga uap.

Jika dibandingkan dengan indonesia, sistem perdagangan karbon di Korea Selatan sudah lebih matang, karena telah berjalan sejak tahun 2015. K-ETS telah terlaksana dalam tiga fase dengan total peserta sebesar 684 perusahaan, dengan fase keempat yang direncanakan akan berlangsung sampai dengan 2030

Sistem perdagangan karbon di Korea Selatan menggunakan mekanisme cap-and-trade, di mana perusahaan diberikan kuota emisi dan dapat memperdagangkan kuota tersebut dengan perusahaan lain. Perusahaan juga dapat membeli kredit offset berupa Korea Carbon Unit atau kredit karbon internasional sesuai dengan Pasal 6 Perjanjian Paris. Jika perusahaan menghasilkan emisi di atas kuota yang dimiliki, mereka harus membeli kuota tambahan dari Pemerintah dengan harga hingga tiga kali lipat dari harga pasar karbon.

Harga karbon unit di Korea Selatan mulai dari 10.000 KRW dan pernah mencapai puncaknya di 40.000 KRW pada April 2020. Namun, harga tersebut kembali ke 10.000 KRW karena dampak dari COVID-19 dan kondisi ekonomi. Volume perdagangan karbon di Korea tercatat mencapai 2 juta ton CO2e.

Kunjungan benchmarking ini merupakan langkah penting untuk memahami seluk-beluk perdagangan karbon dan memastikan keberhasilan penerapan sistem perdagangan karbon di Indonesia.