Dr. Intan Novela (kiri) dan Dr.R. Agus Trihatmoko (kanan)

Wood Pellet Jadi Peluang Bangun Ketahanan Ekonomi dan SDM

Jum'at, 28 Februari 2020 | 19:00 WIB
Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)

SURAKARTA, investor.id - Akselerasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dinilai lambat dan pada tataran rendah dibanding negara lain di dunia. Ini merupakan pekerjaan rumah yang sangat rumit bagi Pemerintah, mengingat jumlah penduduk Indonesia sangat besar dan tersebar di berbagai wilayah georgrafisnya. Arah kebijakan strategis pemerintahan Presiden Jokowi dinilai positif untuk peningkatan kinerja IPM Indonesia masa mendatang on the track.

Seperti diarahkan oleh Kementerian PPN/Bappenas bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi difokuskan melalui kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia. Namun demikian, arah kebijakan termaksud harus tepat sasaran yaitu mengutamakan pada kehidupan sosial ekonomi di tingkat bawah.

Pengalaman terdahulu menjadi evaluasi bahwa pembangunan ekonomi di sektor industri-industri besar belum cukup kuat sebagai penyangga ketahanan ekonomi Indonesia. Ketergantungan produk impor dan perlambatan ekspor sebagai penyebab defisit neraca perdagangan Indonesia dari tahun ke tahun.

Dalam konteks ini, pemanfaatan bio energi wood pellet (pelet kayu) dan kompor berbahan pelet kayu memberikan peluang untuk menurunkan impor gas LPG, termasuk penghematan APBN atas subsidi gas tersebut.

Demikian dipaparkan Dr Agus Trihatmoko, Dosen Bidang Ekonomi, Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Surakarta, usai melakukan observasi dan uji coba pemanfaatan wood pellet beserta kompornya di Surakarta, baru-baru ini.

“Jadi wood pellet merupakan energi baru terbarukan, jika dikembangkan menjadi salah satu peluang dalam membangun ketahanan ekonomi di tingkat bawah atau daerah,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Agus Trihatmoko sedang mengamati ujicoba wood pellet dan kompor di Cangkringan

Menurut dia, Wood pellet berbahan dasar limbah kayu dan produk pertanian padi yang sangat berlimpah di pedesaan atau lokal-lokal daerah Indonesia. Pemanfaatan limbah tersebut, proses produksi wood pellet dan peralatannya yaitu kompor menjadi peluang industrialisasi dan kewirausahaan (entrepreneurship) di tingkat lokal daerah, bahkan pedesaan.

“Industrialisasi termaksud memberikan peluang untuk mengakselarasi pendapatan per kapita masyarakat lokal setempat. Termasuk, mereka para konsumen energi juga berhemat dalam penggunaan gas dan kayu bakar yang sementara ini dinilai lebih mahal dari pada wood pellet,” ujarnya.

Agus menambahkan, peningkatan pendapatan per kapita secara langsung akan mendongkrak IPM di daerah-daerah, serta penghematan atau peralihan (switching) dari konsumsi gas atau kayu bakar kepada wood pellet secara tidak langsung mensejahterakan masyarakat ekonomi bawah.

Diketahui, rintisan pemanfaatan wood pellet dan kompor bagi rumah tangga diinisasi oleh PT Energy Management Indonesia (Persero) atau EMI sebagai energi alternatif dengan nama program “Multiple Household-Fuel Options”.

Uji coba wood pellet di kota Surakarta. Dari kiri ke kanan: Andi Lala kepala divisi marketing PT EMI, Dr. Agus Trihatmoko akademisi Universitas Surakarta,Dr. Intan Novela akademisi Universitas Sebelas Maret, Faqih Mualim engineer PT EMI, Antonius Aris Sudjatmiko direktur operasi dan pengembangan PT EMI, Sugino dan Triman penerima paket uji coba / rintisan wood pellet sebagai alternatif energi bersih untuk memasak di rumah tangga. Foto: dok. PT EMI

Agus menandaskan, pemberdayaan ekonomi hijau (greenomics) tersebut perlu ditindaklanjuti, melalui uji coba dan sosialiasi kepada masyarakat sebagai edukasi. “Tentu kegiatan tersebut tidak cukup hanya oleh PT EMI (Persero), diperlukan dukungan dan perhatian para pemangku kepentingan. Khususnya, dari pihak Pemerintah sebagai pemegang saham perusahaan, sekaligus pemegang mandat dalam pembangunan green management di berbagai sektor,” pungkasnya.

Di kesempatan yang sama, Intan Novela, Dosen Bidang Ekonomi, Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Sebelas Maret mengatakan, green management merupakan fenomena pengetahuan kurang dikenal atau relatif baru, sehingga masih kurang diteliti dan kurang dipahami dari sisi pemberdayaan ekonomi atau kewirausahaan.

Sementara itu, masalah lingkungan hijau (green environment) telah menjadi perhatian dunia.

“Bio energi wood pellet dapat dikategorikan sebagai produk hijau (green product), karena berbahan dengan kandungan limbah kayu dan tananam serta pemanfaatannya ramah lingkungan,” katanya.

Intan Novela sedang mengamati ujicoba wood pellet dan kompor di Surakarta

Pendekatan teknis industrialisasi “hulu-hilir” green product tersebut, jelas Intan Novela, secara teoritis masuk ranah manajemen ekonomi dan kewirausahaan, atau dapat sebut greenomics dan green management, serta green preneurship.

Peningkatan pendapatan per kapita bagi keluarga-keluarga di pedesaan atau masyarakat tingkat bawah di perkotaan secara normatif mendorong niat mereka untuk memberi kesempatan anaknya menempuh pendidikan formal.

Menurut Intan, selama ini, hambatan masyarakat untuk menyekolahkan di perguruan tinggi adalah faktor kemampuan ekonomi.

“Jadi, ketika bio energi wood pellet dikembangkan secara produktif di daerah-daerah memberikan peluang alternatif untuk meningkatkan IPM, yaitu pada indikator masa-waktu pendidikan oleh dampak positif indikator pendapatan per kapita. Dengan demikian, maksud rintisan bio energi ini mendukung arah pembangunan SDM Indonesia oleh pemerintah yang diekspektasikan dapat efektif dicapai ke depan,” jelasnya.

Selain itu, sambung Intan, wood pellet sebagai green product yang ramah lingkungan (green environment), membuat sehat lingkungan rumah tangga, khususnya juga bagi anak-anak dan Balita.

“Misalnya, mereka terbebas dari asap kayu bakar pada saat ibunya memasak sambil momong anaknya,” ucapnya.

Intan Novela mengingatkan bahwa kesehatan merupakan salah satu poin IPM yang masih perlu diperbaiki melalui edukasi masyarakat atau mengajarkan perilaku hidup sehat di lingkungan mereka. Artinya, kesehatan tidak harus berorientasi dengan layanan dan pembangunan medis modern di rumah sakit saja. Sejak dini, masyarakat diedukasi untuk hidup sehat dalam lingkungan keluarganya, terlebih bagi anak-anak atau Balita mereka.

“Jadi, penggunaan bio energi wood pellet menjadi alternatif baru dalam memperbaiki kinerja IPM Indonesia yaitu tentang kesehatan, di samping pendapatan per kapita dan pendidikan, khususnya bagi masyarakat di tingkat ekonomi bawah saat sekarang,” katanya.

Lebih jauh Intan mendorong kebijakan strategis Pemerintah dalam rangka ketahanan ekonomi dan pembangunan SDM perlu digayut-sambungkan dengan program PT EMI (Persero) ini, sehingga arah dari strategi tersebut dapat efektif dan efisien, dan tepat sasaran.

Pada kesempatan ini, Agus Trihatmoko dan Intan Novela pun mengapresiasi Jajaran Manajemen PT EMI (Persero), atas kolektivitas manajemen dari tingkat Komisaris dan Direksi hingga karyawan di bawah melakukan kegiatan uji coba wood pellet dan kompor sebagai rintisan pengembangannya.

Agus dan Intan menilai Program Multiple Household-Fuel Options ini sekaligus menunjukkan bahwa bangunan kultur organisasional PT EMI (Persero) tampil harmonis dan memiliki komitmen kuat terhadap sebuah tujuan yaitu membangun/mengembangkan energi baru terbarukan di Indonesia.

“Terlebih, kegiatan tersebut menyertakan kami sebagai observer agar dapat menyoroti dari perspektif akademiknya,” kata Agus yang diamini Intan.

Baik Agus maupun Intan mengatakan bahwa kerja sama ke depan terbuka untuk terus dijalin, baik secara personal antar para peneliti akademik, maupun antar kelembagaan bisnis PT EMI (Persero) dengan berbagai Institusional Perguruan Tinggi.

“Kami sangat menyambut positif dan antusias, memang studi tentang greenomics, green preneurship dan green management sedang menjadi salah satu konsen kami, “ pungkas Intan Novela.

Sumber : Investor Daily

https://investor.id/business/wood-pellet-jadi-peluang-bangun-ketahanan-ekonomi-dan-sdm