Teknisi Melakukan Pengujian Mesin di UKM Produsen Wood Pellet di Subang, Jawa Barat. Foto: PT EMI

Koperasi dan UKM, PT EMI Giatkan Konversi LPG/BBM ke EBT

Minggu, 18 April 2021 | 10:00 WIB
Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)

SUBANG, investor.id – Badan Umum Milik Negara (BUMN) PT Energy Management Indonesia (Persero) atau EMI, berhasil membangun sinergi bersama UKM Produsen Wood Pellet, UKM Pengeringan Gabah serta koperasi pegawainya (Kopemi) untuk melakukan terobosan dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional melalui pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) Biomassa sebagai bahan bakar pengganti LPG dan BBM.

Hal tersebut merupakan bagian dari rencana perseroan di bidang EBT dalam bentuk circular agro-economy pemanfaatan biomassa untuk ketahanan pangan dan ketahanan energi berbasis pemberdayaan sumber setempat.

Program yang dimulai pada pertengahan tahun 2020 tersebut merupakan salah satu upaya penanggulangan dampak pandemi Covid-19 di bidang ketahanan pangan dan ketahanan energi.

Direktur Operasional dan Pengembangan EMI, Antonius Aris Sudjatmiko, kepada Investor Daily di Jakarta, Sabtu (17/4/2021) mengatakan, tujuan awal program tersebut adalah efisiensi biaya energi pengolahan bahan pangan pascapanen, terutama dengan mengkonversi energi fosil yang mahal seperti LPG/BBM diganti menjadi EBT biomassa yang tersedia melimpah di wilayah pertanian.

Suasana UKM Pengeringan Gabah Berbahan Bakar Wood Pellet di Subang, Jawa Barat. Foto: PT EMI

"Saat ini sudah dilakukan konversi LPG dan BBM ke wood pellet sebagai bahan bakar pengeringan gabah di wilayah Subang, semoga ke depannya bisa terus berkembang", kata Antonius.

Dwi Sariningtyas sebagai pelaku UKM produsen wood pellet di Subang menyampaikan bahwa efisiensi biaya bahan bakar yang didapat dengan konversi tersebut mencapai lebih dari 40%.

Petugas sedang melakukan pengecekan kadar air pada gabah di salah satu UKM pengguna wood pellet di Subang, Jawa Barat. Foto: PT EMI

"Sejauh ini para pemilik pengeringan gabah menyampaikan mereka cukup puas dengan program konversi LPG dan BBM/solar ke wood pellet ini, karena mereka mendapat efisiensi biaya 40% lebih", kata Sari.

Biomassa dalam bentuk wood pellet dipilih karena bahan bakunya dapat berupa serbuk gergaji, sekam, jerami, ampas kopi dan limbah pertanian/kehutanan lainnya yang bersumber dari wilayah tersebut, sehingga dengan proses peletisasi akan didapat nilai kalori, kadar air serta densitas yang sesuai untuk mencapai spesifikasi sebagai bahan bakar.


Lebih lanjut Antonius menyimpulkan bahwa karena sumber bahan baku biomassa yang menyebar dan bersifat padat karya maka model pengelolaan biomassa ini sebaiknya dilakukan secara terdesentralisasi dengan melibatkan koperasi dan UKM setempat, dan tentu skema ini sangat berbeda dengan model bisnis energi fosil yang cenderung tersentralisir dan padat modal sehingga umumnya dikelola oleh korporasi besar.

"Indonesia memiliki potensi biomassa yang besar dan tersebar di 17.000 pulau maka sebaiknya potensi tersebut dikelola dan dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan bahan bakar setempat terutama untuk energi thermal pengolahan pangan" kata Antonius.

Suasana UKM Pengeringan Gabah pengguna wood pellet di Subang, Jawa Barat. Foto: PT EMI

Perlu diketahui bahwa produksi wood pellet Indonesia saat ini sekitar 100.000 ton per tahun, jauh di bawah negara lain jika dibandingkan dengan produksi wood pellet Vietnam misalnya yang mencapai 1.000.000 ton per tahun.

"Semoga ke depannya kita dapat terus meningkatkan pemanfaatan energi yang berasal dari sumber setempat seperti biomassa yang lebih murah ini, sehingga suatu hari nanti kita mampu lepas dari ketergantungan energi impor", kata Antonius. (*)

Sumber : Investor Daily

https://investor.id/business/bersama-koperasi-dan-ukm-pt-emi-giatkan-konversi-lpgbbm-ke-ebt